Sabtu, 19 November 2011

tugas tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan

Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan

Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan

Menurut Havighurst pada masa anak akhir (Hurlock, 1991 dan Rifai, 1997) dikemukakan dalam uraian berikut.
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-pemainan yang umum.Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah mempelajari keterampilan-
keterampilan yang bersifat fisik/jasmani untuk dapat melakukan permainan.
Keterampilan yang dimaksudkan antara lain keterampilan dalam melempar,
menendang, melompat, meloncat, berenang, dan menggunakan alat-alat
permainan tertentu. Secara fisik, anak pada usia ini mengalami kematangan
tulang, otot, dan urat syaraf yang memungkinkan anak siap untuk melakukan
koordinasi gerak fisik. Selain itu, secara psikis khususnya


aspek sosial, anak
mulai mempunyai teman kelompok sebaya (peer group) yang dapat menghargai
apabila anak sebagai anggota kelompok memiliki keterampilan permainan sesuai
dengan tuntutan kelompoknya. Sekolah dasar seharusnya dapat memfasilitasi
anak laki-laki maupun perempuan usia SD/MI untuk membentuk kelompok
permainan bersama.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. Hakikat tugas perkembangan ini adalah belajar mengembangkan sikap kebiasaan untuk hidup sehat, dengan cara memelihara badan agar tetap sehat,
menjaga kebersihan, keselamatan diri, menghindari penyakit, konsisten memelihara kesehatan, dan mempunyai sikap yang realistis terhadap seks. Pada saat ini, otot anak telah berkembang pesat dan tumbuh gigi tetap. Secara psikologis, anak dihargai atau tidak dihargai oleh teman sebaya dan orang dewasa berdasarkan keterampilan fisik dan penampilan diri. Sekolah dasar dapat membantu anak menyelesaikan tugas perkembangan ini dengan cara menjelaskan dan membiasakan anak untuk hidup sehat dan berpenampilan sesuai dengan tuntutan sosial budaya di lingkungan kehidupan anak, serta memberikan pendidikan seks khususnya menjelang akhir periode perkembangan ini.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Hakikat tugas
perkembangan ini adalah anak belajar memberi dan menerima dalam kehidupan
sosial antara teman sebaya, dan belajar membina persahabatan dengan teman
sebaya, termasuk juga bergaul dengan musuhnya. Dengan demikian, anak belajar
sosialisasi dalam rangka pembentukan kepribadiannya. Pada saat ini, keadaan
fisik yang sehat dan bersih, serta penguasaan keterampilan fisik sangat penting
bagi terciptanya hubungan baik di antara teman sebaya.

Secara psikologis, anak mulai ke luar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia pergaulan dengan teman sebaya. Melalui pergaulan dengan teman sebaya, banyak hal yang dapat dipelajari anak seperti saling belajar menyesuaikan diri, terbentuknya sikap dan sifat jujur, sopan, sportif, dan toleran, yang akan mewarnai pembentukan
kepribadian anak selanjutnya. Sekolah dapat membantu anak menyelesaikan tugas perkembangan ini dengan menggunakan sosiometri untuk mengetahui status dan hubungan sosial anak dengan teman-temannya sehingga dapat memberikan bimbingan maupun kegiatan yang dapat memfasilitasi anak agar mau dan dapat bergaul dengan teman sebaya dan orang-orang di sekitarnya.


4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat. Hakikat tugas
perkembangan ini adalah anak belajar dan bertindak sesuai dengan peran seksnya
yaitu sebagi anak laki-laki atau anak perempuan. Secara fisik biologis, ada
perbedaan anatomi antara anak laki-laki dan perempuan sehingga mengakibatkan
masyarakat menuntut agar mereka berperan sesuai dengan jenis kelaminya. Anak
perempuan diharapkan mengidentifikasikan diri pada ibunya, sedangkan anak
laki-laki mengidentifikasikan diri pada ayahnya. Perbedaan peran sosial pria dan
wanita juga dipengaruhi kelas sosial anak. Anak dari kelas sosial menengah ke
atas dituntut peran sosial yang berbeda dibandingkan dengan anak dari kelas
sosial menengah ke bawah. Sekolah dasar dapat membantu anak dengan memberi
informasi dan memperlakukan anak sesuai dengan peran sosial sebagai anak laki-
laki atau perempuan yang berlaku di masyarakat di lingkungan anak menjalani
kehidupannya.

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar mengembangkan
tiga keterampilan dasar yaitu membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan
untuk hidup di masyarakat. Pada saat ini, secara fisik khususnya urat syaraf
keterampilan motorik halus telah memungkinkan anak untuk belajar menulis dan
berhitung permulaan. Kemampuan membaca pemahaman berkembang sejalan
dengan perkem-bangan kemampuan kognitif anak. Setiap masyarakat mempunyai perbedaan harapan mengenai kemampuan dasar dan tingkatpendidikan bagi anaknya. Masyarakat tingkat sosial ekonomi rendah biasanya kurang memberikan dukungan agar anak-anaknya mencapai pendidikan yang tinggi dibandingkan dengan harapan masyarakat tingkat sosial ekonomi menengah dan atas. Sekolah dasar sangat berperan dalam mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung, juga dalam memotivasi anak untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi.

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak harus mempelajari berbagai
konsep agar dapat berpikir efektif mengenai permasalahan sosial di sekitar
kehidupan anak sehari-hari. Pada saat ini, otak anak sudah berkembang dan
matang untuk mempelajari konsep-konsep berdasarkan tahapan perkembangan
kognitif anak, serta dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam menghadapi
masalah kehidupan sehari-hari. Sekolah dasar melalui pendidikan dan pembelajaran hendaknya dapat menjelaskan konsep-konsep yang diperlukan secara jelas dan benar, sehingga dapat memudahkan anak untuk berkembang dalam kehidupannya.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan nilai.
Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan moral yang bersifat
batiniah yaitu hati nurani, serta mengembangkan pemahaman dan sikap moral
terhadap peraturan dan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan anak. Anak
belajar dan mengembangkan hati nurani dan nilai serta sikap moral (baik – buruk) melalui teladan dari orang tua di keluarga dan guru di sekolah, juga melalui pujian maupun larangan/hukuman terhadap perilaku moral yang dilakukan ataupun diperlihatkan anak, serta melalui pengalaman moral anak dengan teman-temannya.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan sikap sosial
yang demokratis dan menghargai hak orang lain. Setiap masyarakat mempuyai
sikap sosial sendiri-sendiri. Misalnya, masyarakat Indonesia menyukai sikap
tenggang rasa, dan kerja sama dalam alam demokrasi pancasila. Di sekolah dasar,
anak belajar sikap sosial terhadap berbagai hal, seperti sikap terhadap kelompok
agama, ras dan suku bangsa, serta kelompok sosial politik ekonomi yang
berlainan. Sikap terhadap kelompok sosial dapat dipelajari melalui cara meniru
orang atau kelompok sosial yang dipandang mempunyai prestasi lebih dan dapat
dibanggakan. Juga mencontoh melalui pengalaman menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan terhadap kelompok sosial tertentu. Jadi sikap terhadap kelompok
sosial yang terbentuk pada masa anak sekolah dapat berubah/diubah oleh
pengalaman anak di kemudian hari.

9. Mencapai kebebasan. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak menjadi
individu yang otonom atau bebas, dalam arti dapat membuat rencana untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua atau orang
lain. Kebebasan pribadi pada anak dimungkinkan apabila anak menyadari bahwa
mereka dapat berbuat lebih baik dari orang tua atau guru mereka. Dengan demikian, mereka pun dapat mulai mengembangkan pengetahuannya secara bebas dan membuat keputusan sendiri tanpa terlalu tergantung pada orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya.

Keberhasilan melaksanakan tugas-tugas perkembangan sebelumnya seperti mampu bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya, berkembangnya konsep dan pengetahuan anak, serta berkembangnya hati nurani dan nilai serta sikap moral anak sangat membantu dan berpengaruh terhadap pemilihan keputusan yang diambil. Keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya dapat menjadi ”laboratorium” bagi perkembangan kebebasan anak dalam menentukan pilihan keputusan. Memang dapat terjadi anak salah mengambil keputusan. Oleh karena itu, bimbingan dari orang dewasatetap diperlukan.

pertumbuhan dan perkembangan anak












PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PDF Cetak E-mail
Ditulis Oleh dr Kusnandi Rusmil, SpA(K), MM   
Minggu, 20 April 2008
Indeks Artikel
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
3.  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
4. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.
5. Periode Tumbuh Kembang Anak
6. Tahapan Perkembangan  Anak Menurut Umur
7.  Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan
Sumber:
dr Kusnandi Rusmil, SpA(K), MM
Bab 2 Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
Departemen Kesehatan RI - Tahun 2006
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.  Hal ini yang membedakan anak dengan  dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga  dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta  sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

2. Ciri-ciri  dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1).    Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2).    Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

3).    Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

4).    Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

5).    Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6).    Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
    Kematangan  merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
  2. Pola perkembangan dapat diramalkan.
    Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.















3.  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
  1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
    1. Ras/etnik atau bangsa.
      Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
    2. Keluarga.
      Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
    3. Umur.
      Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
    4. Jenis kelamin.
      Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.  Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
    5. Genetik.
      Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak  yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
    6. Kelainan kromosom.
      Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
  2. Faktor luar (eksternal).
  1. Faktor Prenatal
    1. a.    Gizi
    2. Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
    3. b.    Mekanis
    4. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
    5. c.    Toksin/zat kimia
    6. Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
    7. d.    Endokrin
    8. Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
    9. e.    Radiasi
    10. Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
    11. f.    Infeksi
    12. Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
    13. g.    Kelainan imunologi
    14. Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
    15. h.    Anoksia embrio
    16. Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
    17. i.    Psikologi ibu
    18. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
  2. Faktor Persalinan
    Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
  3. Faktor Pascasalin
    1. Gizi
      Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
    2. Penyakit kronis/ kelainan kongenital
      Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
    3. Lingkungan fisis dan kimia.
      Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
    4. Psikologis
      Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
    5. Endokrin
      Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
    6. Sosio-ekonomi
      Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
    7. Lingkungan pengasuhan
      Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
    8. Stimulasi
      Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya  penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
    9. Obat-obatan
      Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

Minggu, 13 November 2011

keperawatan lintas budaya. Isu Utama “Professional caring for people of diverse cultures, necessitates the use of transcultural concept, principles, theoretical ideas and research findings to reflect upon and guide actions and decisions.” Leininger, 1978. Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Seorang perawat professional Dr. Medeleine Leininger membuat konsep tentang “Transcultural Nursing” sebuah konsep yang berkembang dari ilmu antropologi. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. B. Argumentasi Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Goncangan budaya berkenaan dengan seseorang yang tidak mampu memberikan respon yang tepat pada budaya orang lain. Relativitas kebudayaan yaitu suatu tempat yang mempunyai budaya yang unik harus dinilai dan dibantu atau dilestarikan. Kebutaan budaya yaitu ketidakmampuan seseorang untuk menghargai gaya hidup orang lain. Dalam berinteraksi menurut Leininger terdapat lima fenomena yang mendasarinya yaitu pertemuan budaya, perpaduan budaya, penyesuaian diri, bermasyarakat dan penerimaan. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. Gagasan utama yang berhubungan dengan konsep Culture care yaitu seorang perawat mampu mempertimbangkan antara yang spesifik dengan yang umum. Spesifik datang dari culture care namun lebih terbagi lagi menjadi lebih spesifik yang hanya dibutuhkan seorang klien. Sedangkan umum kebutuhan secara umum yang dibutuhkan oleh orang-orang pada masyarakat tersebut. Jika perawat tanpa mengetahui kebudayaan seseorang ataupun mengerti kebudayaan kliennya maka akan terjadi konflik culture care. Seorang perawat juga harus mengerti bagaimana seseorang mendeskripsikan waktu, baik itu waktu yang telah lalu, sekarang atau masa depan yang akan mempengaruhi pola fikir maupun tindakannya. Budaya mengacu pada terapi perawatan yang memenuhi syarat keperawatan transkultur yang menawarkan bantuan, dukungan dan fasilitatif penolakan dan praktek-praktek penyembuhan bagi individu yang mengalami culture pain, kesakitan, penghinaan, sakit hati, dan masalah terkait lainnya. Dalam mengembangkan bidang keperawatan transkultur dua ide yang sangat penting dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai jenis perawatan, yaitu, generic perawatan dan perawatan profesional, yang sebagian besar didasarkan pada perawatan emik dan etik. Kedua istilah tersebut membantu perawat menyadari keperawatan dengan membedakan sumber-sumbernya, makna dan ekspresi yang digunakan merawat seseorang. Generik (emic) Care / Cure Professional (Etic) Care / Cure berorientasi pada humanistik seseorang didasari dengan praktis dan keakraban keluarga pendekatan holistik dan terintegrasi dengan fokus pada sosial hubungan, bahasa, dan jalan hidup fokus terbesar pada caring sebagian besar rakyat nonteknologi menggunakan obat dan hubungan pribadi berfokus pada pencegahan penyakit, ketidakmampuan dan pemeliharaan jalan hidup menggunakan mode komunikasi konteks tinggi mempercayaiperawatan dan penyembuhan rakyat tradisional orientasi ilmiah Klien bertindak dengan tekhnik tidak kekeluargaan dan asing membedakan dan tidak menggabungkan pelayanan dengan focus fisik tubuh dan pikiran Fokus sebagian besar pada menyembuhkan, diagnosis, dan perawatan Sebagian besar teknologi dengan berbagai tes diagnostik dan perawatan ilmiah Fokus pada mengobati penyakit, cacat, dan patologi menggunakan moe komunikasi rendah Bergantung pada faktor biofisik dan emosional untuk mengkaji dan bertindak Berikut beberapa prinsip penting keperawatan transkultur yang memberikan bimbingan kepada pelayan perawatan transkultur untuk berinteraksi. Human caring dengan keperawatan transkultur berfokus untuk kepentingan kesehatan, penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan lembaga. Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian dan penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat orang-orang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip. Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan praktek perawatan kesehatan. Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai peduli budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan merenung dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan. Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan praktek-praktek kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya perawatan sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun keputusan menyusui. Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan sering memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu dinilai dan dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien. Pengetahuanyang holistik dan komprehensif keperawatan transkultur membutuhkan pemahaman perspektif emik dan etik yang terkait dengan pandangan dunia, bahasa, ethnohistory, kekerabatan, agama (spiritualitas), teknologi, ekonomi dan faktor-faktor politik, dan nilai-nilai budaya tertentu, keyakinan, dan praktik atas ketegasan perawatan, penyakit, dan kesejahteraan. Cara belajar yang berbeda, hidup, dan budaya transmisi perawatan dan kesehatan siklus hidupmu adalah fokus utama dari pendidikan, penelitian, dan praktik keperawatan transkultur. Keperawatan transcultural membutuhkan pemahaman tentang diri sendiri, satu budaya, dan cara seseorang memasuki budaya yang berbeda dan membantu orang lain. Keperawatan transcultural teori, riset, dan praktek yang tertarik pada kedua universal untuk kesamaan) dan perbedaan untuk menghasilkan pengetahuan baru dan bermanfaat untuk menyediakan humanistik dan praktek perawatan ilmiah. Keperawatan transcultural tindakan atau keputusan yang didasarkan terutama pada perawatan dan kesehatan penelitian pengetahuan yang diperoleh dari studi yang mendalam tentang budaya dan penggunaan pengetahuan ini dalam merawat profesional. C. Komentar Pembahasan ini sangat penting sebagai dasar konsep keperawatan transkultural, dilihat menurut kajian filosofi, penjelasan, gagasan dan prinsip yang disajikan dengan berbagai pernyataan. Pada pembahasan kali ini juga dibahas bagaimana seorang perawat memahami dan mengerti kebudayaan individu atau kelompok. Hal ini yang mendasari seorang perawat menggunakan konsep keperawatan transkultural yang tepat untuk hari ini. Misal seorang warga Indonesia yang berasal dari aceh bernama Ny. A, dia adalah seorang pasien di suatu rumah sakit bersalin. Karena beliau dari aceh, beliau memiliki budaya yang kental dengan syariat islamnya. Seperti harus berhijab dengan seseorang yang non muhrim. Namun pada suatu rumah sakit tersebut dokter kandungannya adalah pria, sedangkan perawatnya adalah seorang wanita. Dan dia akan segera melahirklan dirumah sakit tersebut. Bagaimana kita mencoba mengkaji hal tersebut berkaitan dengan teori diatas. Masalah yang utama adalah Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah; agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. Oleh karena itu konsep Leininger tentang keperawatan transkultural perlu dikembangkan oleh kita sebagai perawat. Agar tidak terjadinya cultural shock. Dalam pembahasan juga terdapat lima phenomena yang mendasari seseorang berinteraksi, salah satunya adalah penerimaan. Maksud dari penerimaan disini adalah seseorang yang memahami budaya orang tersebut tanpa mengambil atau memakai budaya orang tersebut. Sebagai seorang perawat muslim dalam melaksanakan praktek keperawatan tak ada toleransi untuk secara penuh menggunakan kebudayaan suatu kelompok yang bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini berkaitan dengan kisah nabi Muhammad tatkala beliau memerintahkan orang kafir untuk beriman tetapi orang kafir tersebut memberikan persyaratan agar nabi setelah itu juga beriman kepada tuhan mereka. “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. AL-Kafiruun: 2) Seorang perawat juga tak berhak memaksakan mereka untuk meyakini hal yang kita perintahkan sebagai tenaga kesehatan, meskipun hal tersebut menurut kita adalah baik. Disinilah seorang perawat mengedepankan prinsip caring tentang autonomi. Pada kajian keperawatan transkultural terdapat kebijakan dan pernyataan standar sebagai panduan praktik keperawatan transcultural untuk mempertahankan, melindungi, dan menjamin berbasis kualitas layanan konsumen. Webster mendefinisikan secara umum sebagai kebijakan yang mengacu kepada metode tindakan yang dipilih untuk memandu atau menentukan keputusan sekarang dan masa depan. Kesimpulan Konsep yang dikembangkan Leininger merupakan konsep yang dikembangkan dari ilmu antropologi yang diintegrasikan dengan ilmu keperawatan. Konsep tentang keperawatan transkultural berfokus pada kebudayaan/ generic (emic) yang memberikan pelayanan kepada seseorang dengan pendekatan latar belakang kebudayaan. sehingga perawat mampu melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perilaku social seseorang. Dasar-dasar konsep tersebut perlu diketahui dan dipelajari oleh para perawat agar tidak adanya kebutaan budaya. Sehingga karena hal tersebut perawat tidak mampu memberikan pelayanan keperawatan yang berprinsip pada konsep caring. Allah berfirman dalam Al-quran tentang perlu adanya pengenalan kebudayaan lain. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13) Sehingga dengan memahami serta melaksanakan konsep-konsep yang telah dikemukakan Leininger, perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek pemenuhan kebutuhan bio psiko sosio maupun spiritual. Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap para pembaca dan semoga penulisan ini bermanfaat.

. Isu Utama
“Professional caring for people of diverse cultures, necessitates the use of transcultural concept, principles, theoretical ideas and research findings to reflect upon and guide actions and decisions.” Leininger, 1978.
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Seorang perawat professional Dr. Medeleine Leininger membuat konsep tentang “Transcultural Nursing” sebuah konsep yang berkembang dari ilmu antropologi.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
B. Argumentasi
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia
Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Goncangan budaya berkenaan dengan seseorang yang tidak mampu memberikan respon yang tepat pada budaya orang lain.
Relativitas kebudayaan yaitu suatu tempat yang mempunyai budaya yang unik harus dinilai dan dibantu atau dilestarikan.
Kebutaan budaya yaitu ketidakmampuan seseorang untuk menghargai gaya hidup orang lain.
Dalam berinteraksi menurut Leininger terdapat lima fenomena yang mendasarinya yaitu pertemuan budaya, perpaduan budaya, penyesuaian diri, bermasyarakat dan penerimaan.
Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
Gagasan utama yang berhubungan dengan  konsep Culture care yaitu seorang perawat mampu mempertimbangkan antara yang spesifik dengan yang umum.
Spesifik datang dari culture care namun lebih terbagi lagi menjadi lebih spesifik yang hanya dibutuhkan seorang klien.  Sedangkan umum kebutuhan secara umum yang dibutuhkan oleh orang-orang pada masyarakat tersebut. Jika perawat tanpa mengetahui kebudayaan seseorang ataupun mengerti kebudayaan kliennya maka akan terjadi konflik culture care. Seorang perawat juga harus mengerti bagaimana seseorang mendeskripsikan waktu, baik itu waktu yang telah lalu, sekarang atau masa depan yang akan mempengaruhi pola fikir maupun tindakannya.
Budaya mengacu pada terapi perawatan yang memenuhi syarat keperawatan transkultur yang menawarkan bantuan, dukungan dan fasilitatif penolakan dan praktek-praktek penyembuhan bagi individu yang mengalami culture pain, kesakitan, penghinaan, sakit hati, dan masalah terkait lainnya.
Dalam mengembangkan bidang keperawatan transkultur dua ide yang sangat penting dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai jenis perawatan, yaitu, generic perawatan dan perawatan profesional, yang sebagian besar didasarkan pada perawatan emik dan etik. Kedua istilah tersebut membantu perawat menyadari keperawatan dengan membedakan sumber-sumbernya, makna dan ekspresi yang digunakan merawat seseorang.
Generik (emic) Care / Cure Professional (Etic) Care / Cure
  • berorientasi pada humanistik
  • seseorang didasari dengan praktis dan keakraban keluarga
  • pendekatan holistik dan terintegrasi dengan fokus pada sosial hubungan, bahasa, dan jalan hidup
  • fokus terbesar pada caring
  • sebagian besar rakyat nonteknologi menggunakan obat dan hubungan pribadi
  • berfokus pada pencegahan penyakit, ketidakmampuan dan pemeliharaan jalan hidup
  • menggunakan mode komunikasi konteks tinggi
  • mempercayaiperawatan dan penyembuhan rakyat tradisional
  • orientasi ilmiah
  • Klien bertindak dengan tekhnik tidak kekeluargaan dan asing

  • membedakan dan tidak menggabungkan pelayanan dengan focus fisik tubuh dan pikiran
  • Fokus sebagian besar pada menyembuhkan, diagnosis, dan perawatan

  • Sebagian besar teknologi dengan berbagai tes diagnostik dan perawatan ilmiah

  • Fokus pada mengobati penyakit, cacat, dan patologi

  • menggunakan moe komunikasi rendah
  • Bergantung pada faktor biofisik dan emosional untuk mengkaji dan bertindak
Berikut beberapa prinsip penting keperawatan transkultur yang memberikan bimbingan kepada pelayan perawatan transkultur untuk berinteraksi.
  1. Human caring dengan keperawatan transkultur berfokus untuk kepentingan kesehatan, penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan lembaga.
  2. Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian dan penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat orang-orang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip.
  3. Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan praktek perawatan kesehatan.
  4. Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai peduli budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan merenung dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan.
  5. Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan praktek-praktek kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat berubah dari waktu ke waktu.
  6. Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya perawatan sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun keputusan menyusui.
  7. Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan sering memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu dinilai dan dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien.
  8. Pengetahuanyang  holistik dan komprehensif keperawatan transkultur membutuhkan pemahaman perspektif emik dan etik yang terkait dengan pandangan dunia, bahasa, ethnohistory, kekerabatan, agama (spiritualitas), teknologi, ekonomi dan faktor-faktor politik, dan nilai-nilai budaya tertentu, keyakinan, dan praktik atas ketegasan perawatan, penyakit, dan kesejahteraan.
  9. Cara belajar yang berbeda, hidup, dan budaya transmisi perawatan dan kesehatan siklus hidupmu adalah fokus utama dari pendidikan, penelitian, dan praktik keperawatan transkultur.
  10. Keperawatan transcultural membutuhkan pemahaman tentang diri sendiri, satu budaya, dan cara seseorang memasuki budaya yang berbeda dan membantu orang lain.
  11. Keperawatan transcultural teori, riset, dan praktek yang tertarik pada kedua universal untuk kesamaan) dan perbedaan untuk menghasilkan pengetahuan baru dan bermanfaat untuk menyediakan humanistik dan praktek perawatan ilmiah.
  12. Keperawatan transcultural tindakan atau keputusan yang didasarkan terutama pada perawatan dan kesehatan penelitian pengetahuan yang diperoleh dari studi yang mendalam tentang budaya dan penggunaan pengetahuan ini dalam merawat profesional.
C. Komentar
Pembahasan ini sangat penting sebagai dasar konsep keperawatan transkultural, dilihat menurut kajian filosofi, penjelasan, gagasan dan prinsip yang disajikan dengan berbagai pernyataan. Pada pembahasan kali ini juga dibahas bagaimana seorang perawat memahami dan mengerti kebudayaan individu atau kelompok. Hal ini yang mendasari seorang perawat menggunakan konsep keperawatan transkultural yang tepat untuk hari ini.
Misal seorang warga Indonesia yang berasal dari aceh bernama Ny. A, dia adalah seorang pasien di suatu rumah sakit bersalin. Karena beliau dari aceh, beliau memiliki budaya yang kental dengan syariat islamnya. Seperti harus berhijab dengan seseorang yang non muhrim. Namun pada suatu rumah sakit tersebut dokter kandungannya adalah pria, sedangkan perawatnya adalah seorang wanita. Dan dia akan segera melahirklan dirumah sakit tersebut. Bagaimana kita mencoba mengkaji hal tersebut berkaitan dengan teori diatas.
Masalah yang utama adalah Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah; agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
Oleh karena itu konsep Leininger tentang keperawatan transkultural perlu dikembangkan oleh kita sebagai perawat. Agar tidak terjadinya cultural shock.
Dalam pembahasan juga terdapat lima phenomena yang mendasari seseorang berinteraksi, salah satunya adalah penerimaan. Maksud dari penerimaan disini adalah seseorang yang memahami budaya orang tersebut tanpa mengambil atau memakai budaya orang tersebut. Sebagai seorang perawat muslim dalam melaksanakan praktek keperawatan tak ada toleransi untuk secara penuh menggunakan kebudayaan suatu kelompok yang bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini berkaitan dengan kisah nabi Muhammad tatkala beliau memerintahkan orang kafir untuk beriman tetapi orang kafir tersebut memberikan persyaratan agar nabi setelah itu juga beriman kepada tuhan mereka.
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. AL-Kafiruun: 2)
Seorang perawat juga tak berhak memaksakan mereka untuk meyakini hal yang kita perintahkan sebagai tenaga kesehatan, meskipun hal tersebut menurut kita adalah baik. Disinilah seorang perawat mengedepankan prinsip caring tentang autonomi.
Pada kajian keperawatan transkultural terdapat kebijakan dan pernyataan standar sebagai panduan praktik keperawatan transcultural untuk mempertahankan, melindungi, dan menjamin berbasis kualitas layanan konsumen. Webster mendefinisikan secara umum sebagai kebijakan yang mengacu kepada metode tindakan yang dipilih untuk memandu atau menentukan keputusan sekarang dan masa depan.
Kesimpulan
Konsep yang dikembangkan Leininger merupakan konsep yang dikembangkan dari ilmu antropologi yang diintegrasikan dengan ilmu keperawatan. Konsep tentang keperawatan transkultural berfokus pada kebudayaan/ generic (emic) yang memberikan pelayanan kepada seseorang dengan pendekatan latar belakang kebudayaan. sehingga perawat mampu melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perilaku social seseorang.
Dasar-dasar konsep tersebut perlu diketahui dan dipelajari oleh para perawat agar tidak adanya kebutaan budaya. Sehingga karena hal tersebut perawat tidak mampu memberikan pelayanan keperawatan yang berprinsip pada konsep caring.
Allah berfirman dalam Al-quran tentang perlu adanya pengenalan kebudayaan lain.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Sehingga dengan memahami serta melaksanakan konsep-konsep yang telah dikemukakan Leininger, perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek pemenuhan kebutuhan bio psiko sosio maupun spiritual.
Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap para pembaca dan semoga penulisan ini bermanfaat.
Keperawatan transkultural yang dikembangkan oleh Leininger merupakan teori yang perlu diaplikasikan oleh seorang perawat ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan menghargai perilaku caring, nursing care, perilaku sehat-sakit. Mempelajari budaya secara spesifik dan umum dalam keperawatan dapat meningkatkan kesehatan orang lain atau membantu mereka dalam tiap kondisi.
Selain hal tersebut penulisan kali ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Antropologi Kesehatan” sebagai suatu syarat untuk nilai ujian tengah semester. Yang mudah-mudahan niat dari penugasan kali ini memberikan wawasan keilmuan penulis.

Kamis, 10 November 2011


Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa kompleks factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam lintasan intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor VIIa kini dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa dengan terikat pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini manghambat kompleks factor VIIa-faktor jaringan.
Lntasan Terakhir
Pada lintasan terskhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan oleh ikatan disulfide.
Konversi Fibrinogen menjadi Fibrin
Fibrinogen (factor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai Bβ dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan Bβ, diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan repulse elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen.
Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase, menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian α serta β pada rantai Aa dan Bβ fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit (αβγ)2. Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih. Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII menjadi XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida residu glutamine dan gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.
Regulasi Trombin
Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
Sistem Hemostasis pada dasarnya terbentuk dari tiga kompartemen hemostasis yang sangat penting dan sangat berkaitan yaitu trombosit, protein darah dan jaring-jaring pembuluh darah. Agar terjadi peristiwa hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai fungsi dan jumlah yang normal. Sistem protein darah sangat berperan penting tidak hanya sebagai protein pembekuan akan tetapi sangat berperan dalam dalam fisiologi perdarahan dan trombosis.
II.1.1 Pembuluh darah
Pembuluh darah sangat besar peranannya dalam sistem hemostasis. Dinding pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan morfologis: intima, media, dan adventitia. Intima terdiri dari (1) selapis sel endotel non trombogenik yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah dan (2) membran elastik interna. Media dibentuk oleh sel otot polos yang ketebalannya tergantung dari jenis arteri dan vena serta ukuran pembuluh darah. Adventitia terdiri dari suatu membran elastik eksterna dan jaringan penyambung yang menyokong pembuluh darah tersebut. Gangguan pembuluh darah yang terjadi seringkali berupa terkelupasnya sel endotel yang diikuti dengan pemaparan kolagen subendotel dan membran basalis. Gangguan ini terjadi akibat asidosis, endotoksin sirkulasi, dan komplek antigen/antibodi sirkulasi.
Fungsi pembuluh darah meliputi permiabilitas yang apabila meningkat akan berakibat kebocoran pembuluh darah fragilitas yang apabila meningkat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan vaso konstriksi yang menyebabkan sumbatan vaskuler.



MIKROSKOP

Pengenalan Mikroskop

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEov1ZWDSHeBM0eQxntVZHGBXPJ2LYKCo4h1_pbA0dxgOYJTMrJ6eH9RWxeXQ_sQBwp7POwjPrZ70BWpS5_Xlv2dxJ6kHjrKHX0yYl5jY9umUDrIL5tMVuVittSItuuRwcfXhpR89z06xx/s200/mikroskop.JPG
Perkembangan biologi didukung oleh penemuan peralatan yang digunakan para ahli. Misalnya, pada tahun 1600-an Antonie van Leeumenhoek menemukan mikroskop. Mikroskop sangat penting dalam kerja ilmiah karena dengan mikroskop, ilmuwan dapat mengamati mikroorganisme dan bagian-bagian organisme yang sangat kecil, misalnya sel dan jaringan. Saat ini orang telah menggunakan mikroskop elektron. Dengan mikroskop elektron, dapat dieroleh gambaran tentang molekul-molekul yang menyusun sel makhluk hidup.  Mikroskop yang umum digunakan ialah mikroskop cahaya, yang hanya dapat memperbesar bayangan benda hingga seribu kali.

1.    Merawat Mikroskop
Selain menggunakan mikroskop, kita juga harus memahami pemeliharaan serta langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan mikroskop.
1.    Mengeluarkan dan memegang mikroskop
  • menjangkiti dinding usus halus. Pada satu tingkat parasit ini mengembangkan kemampuan untuk menjangkiti Keluarkan mikroskop dari kotaknya dengan hati-hati
  • Pegang mikroskop dengan kedua tangan, tangan kanan memegang tubuh mikroskop, sedangkan tangan kiri memegang kakinya
  • Pada saat dibawa berjalan, usahakan posisi mikroskop kira-kira di depan pusar kita dan mikroskop tetap tegak.  Ingat: letak lensa okuler harus selalu di atas, sebab lensa ini mudah sekali lepas.                     
2.    Membersihkan mikroskop
  • Untuk membersihkan tubuh dan cermin mikroskop dapat digunakan lap flanel. Bersihkan bagian ini sebelum dan sesudah mikroskop digunkan
  • Untuk membersihkan semua lensa, gunakan kertas lensa. Jangan sekali-kali menyentuh permukaan lensa dengan ujung jari, kain yang kasar, atau meniupnya, sebab ini akan membuat lensa semakin kabur
3.    Mengemas mikroskop setelah dipakai
  • Setelah pengamatan selesai, kembalikan dulu lensa obyektif kekedudukan perbesaran terlemah, lalu lepaskan preparat.
  • Bersihkan lensa obyektif dengan kertas lensa, gunakan xilena jika perlu.
  • Bersihkan tubuh mikroskop dan cermin dengan lap flanel terutama bagian yang terkena air.
  • Tegakkan kembali posisi mikroskop, atur kembali bagian penggeser dan tabung mikroskop seperti semula, selanjutnya masukkan ke dalam kotaknya
  •  Jika menggunakan preparat jadi atau awetan (permanen), bersihkan preparat dengan lap katun, jika perlu gunakan air. Setelah itu simpan ditempat yang telah disediakan
4.    Setiap kali bekrja dengan menggunakan mikroskop jangan lupa mencatat nomor mikroskop, nomor prearat, serta posisi preparat dengan skala.
2.    Bagian-bagian mikroskop
.
2.    Bagian-bagian mikroskop
Sebelum menggunakan mikroskop, kamu harus mengetahui bagian-bagiannya terlebih dahulu.
Bagian-bagian mikroskop antara lain: penyangga, sistem penglihat, meja benda, cermin, kondensor dan diafraagma.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjljPn8P7TAzFtZFlQgPX5y2BxCc9lx4hyGrHi2lY_49BTHS697weHy9Fe44HCPEQhuOFHpyf3wjLtCxobRQu1eZ4amKVQwVc9ZL1n18lp6N9lo1AxdFDJS1oq7Ebnaxq7OajQyrbxUOF2W/s320/mikroskop.JPG

a.    Penyangga
Penyangga terdiri dari lengan mikroskop dan kaki mikroskop.  Bagian ini memiliki fungsi sebagai berikut:
  • Sebagai pengatur kedudukan mikroskop saat digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggerakkan penyangga kedepan dan ke belakang
  • Tempat untuk memegang mikroskop
  • Tempat dua alat mekanik atau pemutar, yaitu: 1). Makrometer, yaitu alat pemutar kasar yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan badan mikroskop (berupa tabung yang dapat dinaikkan atau di turunkan)  secara cepat, dan akan didapat bayangan benda secara kasar atu belum jelas. 2). Mikrometer yaitu alat yang berfungsi untuk menaikkan badan mikroskop secara perlahan.
b.    Sistem penglihat
Unit penglihat terdiri atas 2 jenis lensa yang terletak pada ujung atas dan bawah badan mikroskop yaitu lensa okuler dan lensa obyektif.
  • Lensa okuler : Letaknya dekat dengan mata pada saat mikroskop dipakai. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan dari lensa obyektif
  • Lensa obyektif  terletak berdekatan dengan obyek yang sedang diamati. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan benda atau sediaan (preparat). Llenswa ini terpasang pada cakram pemutar (revolver) yang dapat digerakkan sesuai dengan lensa obyektif yang diinginkan
c.    Meja benda
Berfungsi untuk tempat melatakkan sediaan (preparat) yang diamati. Meja benda dilengkapi dua lat penjepit untuk mempertahankan letak kaca obyak atau sediaan. Ditengah meja benda terdapat lubang  masuknya sinar dari cermin setelah melalui kondensor dan diafragma
d.    Cermin
Mempunyai fungsi memantulkan sinar dari sumber cahaya menuju ke sediaan yang diamati. Cermin yang digunakan biasanya mempunyai 2 permukaan  yaitu permukaan datar (digunakan jika menggunakan sumber cahaya langsung dari sinar matahari yang cukup kuat dan permukaan cekung.(digunakan jika menggunakan sumber cahaya lemah, misalnya lampu atau sinar matahari tidak langsung
e.    Kondensor
Merupakan susunan lensa yang berfungsi untuk memusatkan cahaya sehingga cahaya dari cermin menuju ke sediaan. Kondensor dapat digerakkan ke atas dan ke bawah dengan menggunakan pemutar kondensor untuk memperoleh kekuatan sinar yang diinginkan.
f.    Diafragma
Merupakan alat untuk mengatur banyaknya cahaya yang menuju ke kondensor. Dengan cara mengatur besar kecilnya lubang diafragma, akan didapat penerangan medan  pandang yang sesuai dengan keperluan pengamatan.

Parasit
Diposkan oleh hendi kim kurniawan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvG0evySc3bZgS1wHzNq1vdVahgoPlyGqlIAI4cq89xi3BVg1lq5Fv-AGDkN9bHkCqPWtZlyZ_Jcj6FKkPpcUBniWrccHcf4xLl3bN_qRnaOxoxK_TLwRm9SQ5TO1rma6iXTHO185QXkXn/s320/Immature_and_mature_trophozoites_of_the_Plasmodium_vivax_parasite_PHIL_2720_lores.jpg








Salah satu spesies Plasmodium yang berbahaya adalah Plasmodium vivax

Plasmodium Vivax termasuk ke dalam anggota filum Sporozoa yang tidak memiliki alat gerak dan bersifat parasit, tubuh terbentuk bulat atau bulat panjang. Perkembangbiakan/siklus hidupnya dapat dibagi atas tiga stadium:
a. Schizogoni : terbentuk secara membelah dan terjadi setelah menginfeksi inang (8-32 merozoit)
b.  Sporogoni : pembentukan spora di luar inang dan merupakan stadium efektif.
c.  Gametosit : tahap pembentukan sel-sel gamet terjadi di dalam tubuh inang perantara atau nyamuk.

Siklus hidup Plasmodiun vivax
 1. Nyamuk Anopheles betina menggigit, menghisap darah manusia kemudian mengeluarkan air liur yang mengandung sporozoit.
2.  Bersama aliran darah sporozoit menuju hati, selama ± 3 hari.
3.  Sporozoit membelah menjadi 8 – 32 merozoit, keluar dari hati kemudian menginfeksi sel hati lain dan membentuk merozoit baru. Akibatnya sel hati banyak yang rusak.
4.Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah banyak.
5.  Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah banyak.
6. Jika darah si penderita digigit nyamuk Anopheles dan menghisap darah penderita tadi maka makrogametosit dan mikrogametosit akan ikut terhisap dan masuk ke dalam usus nyamuk. Di dalam usus nyamuk makrogametosit danmikrogametosit berkembang menjadi makrogamet (ovum) dan mikrogamet (sperma). Prosesnya dinamakan gametogonia atau gametogenesis. Fertilisasi terjadi di dalam usus sehingga terbentuklah zigot (ookinet).
7. Zigot (ookinet) selanjutnya akan menembus dinding usus dan untuk sementara akan menetap, terbungkus oleh otot dinding perut nyamuk (ookista)
8. Di dalam ookista, zigot akan membelah berulang kali sehingga terbentuk sel-sel yang lengkap dinamakan sporozoit.
9.Jika ookista telah matang maka akan pecah sehingga sporozoit tersebar ke seluruh tubuh nyamuk, diantaranya adalah ke dalam kelenjar ludah.
10. Apabila nyamuk menghisap darah manusia bersamaan dengan itu nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam darah.
 Plasmodium pada manusia : aseksual (Fase gametofit dan vegetatif)
Plasmodium pada nyamuk : seksual (Fase sporofit dan generatif )
Jenis Plasmodium lainnya :Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria Quartana dengan gejala demam (masa sporulasi) selang waktu 72 jam.Plasmodium falcifarum, penyebab penyakit malaria tropika dengan gejala demam yang tidak teratur.Plasmadium ovale, disebut malaria ovale tertiana, akan tetapi gejala demamnya lebih ringan daripada malaria tertiana yang disebabkan Plasmodium vivax 

Pencegahan perkembangan Plasmodium sp:
1. Pencegahan perusakan hutan agar habitat nyanuk Anopheles sp. tidak rusak, karena bila rusak, maka nyamuk penghisap hewan (zoophilik) akan berubah menjadi nyamuk pemakan manusia (anthropofilik)
2.  Pemakaian bubuk Abate pada air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
3. Meningkatkan level sanitasi agar jentik-jentik nyamuk dapat berkurang
4. Pada daerah pedalaman biasanya akan dibiakkan jentik nyamuk pemakan Plasmodium sp. & pemindahan hewan-hewan ternak ke daerah pedalaman agar nyamuk Anopheles sp. menggigit hewan tersebut.
(Plasmodium sp. tidak berbahaya bagi hewan)
5. Penyemperotan secara berkala.
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat.
Genus Plasmodium dinamakan pada tahun 1885 oleh Marchiafava dan Celli dan terdapat lebih dari 175 spesies yang diketahui berada dalam genus ini. Genus ini pada tahun 2006 perlu dirombak kembali karena terbukti parasit lain yang tergolong dalam genus Haemocystis dan Hepatocystis kelihatan terkait rapat dengan genus ini. Kemungkinan spesies lain seperti Haemoproteus meleagridis akan dimasukkan ke dalam genus ini setelah diperbaharui kembali.
Jenis inang pada urutan mamalia tidak seragam. Sekurang-kurangnya 25 spesies menjangkiti primata; hewan pengerat di luar kawasan tropis Afrika jarang dijangkiti; beberapa spesies diketahui menjangkiti kelelawar, landak dan tupai; karnivora, pemakan serangga dan