Minggu, 13 November 2011

keperawatan lintas budaya. Isu Utama “Professional caring for people of diverse cultures, necessitates the use of transcultural concept, principles, theoretical ideas and research findings to reflect upon and guide actions and decisions.” Leininger, 1978. Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Seorang perawat professional Dr. Medeleine Leininger membuat konsep tentang “Transcultural Nursing” sebuah konsep yang berkembang dari ilmu antropologi. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. B. Argumentasi Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Goncangan budaya berkenaan dengan seseorang yang tidak mampu memberikan respon yang tepat pada budaya orang lain. Relativitas kebudayaan yaitu suatu tempat yang mempunyai budaya yang unik harus dinilai dan dibantu atau dilestarikan. Kebutaan budaya yaitu ketidakmampuan seseorang untuk menghargai gaya hidup orang lain. Dalam berinteraksi menurut Leininger terdapat lima fenomena yang mendasarinya yaitu pertemuan budaya, perpaduan budaya, penyesuaian diri, bermasyarakat dan penerimaan. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. Gagasan utama yang berhubungan dengan konsep Culture care yaitu seorang perawat mampu mempertimbangkan antara yang spesifik dengan yang umum. Spesifik datang dari culture care namun lebih terbagi lagi menjadi lebih spesifik yang hanya dibutuhkan seorang klien. Sedangkan umum kebutuhan secara umum yang dibutuhkan oleh orang-orang pada masyarakat tersebut. Jika perawat tanpa mengetahui kebudayaan seseorang ataupun mengerti kebudayaan kliennya maka akan terjadi konflik culture care. Seorang perawat juga harus mengerti bagaimana seseorang mendeskripsikan waktu, baik itu waktu yang telah lalu, sekarang atau masa depan yang akan mempengaruhi pola fikir maupun tindakannya. Budaya mengacu pada terapi perawatan yang memenuhi syarat keperawatan transkultur yang menawarkan bantuan, dukungan dan fasilitatif penolakan dan praktek-praktek penyembuhan bagi individu yang mengalami culture pain, kesakitan, penghinaan, sakit hati, dan masalah terkait lainnya. Dalam mengembangkan bidang keperawatan transkultur dua ide yang sangat penting dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai jenis perawatan, yaitu, generic perawatan dan perawatan profesional, yang sebagian besar didasarkan pada perawatan emik dan etik. Kedua istilah tersebut membantu perawat menyadari keperawatan dengan membedakan sumber-sumbernya, makna dan ekspresi yang digunakan merawat seseorang. Generik (emic) Care / Cure Professional (Etic) Care / Cure berorientasi pada humanistik seseorang didasari dengan praktis dan keakraban keluarga pendekatan holistik dan terintegrasi dengan fokus pada sosial hubungan, bahasa, dan jalan hidup fokus terbesar pada caring sebagian besar rakyat nonteknologi menggunakan obat dan hubungan pribadi berfokus pada pencegahan penyakit, ketidakmampuan dan pemeliharaan jalan hidup menggunakan mode komunikasi konteks tinggi mempercayaiperawatan dan penyembuhan rakyat tradisional orientasi ilmiah Klien bertindak dengan tekhnik tidak kekeluargaan dan asing membedakan dan tidak menggabungkan pelayanan dengan focus fisik tubuh dan pikiran Fokus sebagian besar pada menyembuhkan, diagnosis, dan perawatan Sebagian besar teknologi dengan berbagai tes diagnostik dan perawatan ilmiah Fokus pada mengobati penyakit, cacat, dan patologi menggunakan moe komunikasi rendah Bergantung pada faktor biofisik dan emosional untuk mengkaji dan bertindak Berikut beberapa prinsip penting keperawatan transkultur yang memberikan bimbingan kepada pelayan perawatan transkultur untuk berinteraksi. Human caring dengan keperawatan transkultur berfokus untuk kepentingan kesehatan, penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan lembaga. Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian dan penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat orang-orang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip. Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan praktek perawatan kesehatan. Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai peduli budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan merenung dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan. Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan praktek-praktek kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya perawatan sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun keputusan menyusui. Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan sering memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu dinilai dan dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien. Pengetahuanyang holistik dan komprehensif keperawatan transkultur membutuhkan pemahaman perspektif emik dan etik yang terkait dengan pandangan dunia, bahasa, ethnohistory, kekerabatan, agama (spiritualitas), teknologi, ekonomi dan faktor-faktor politik, dan nilai-nilai budaya tertentu, keyakinan, dan praktik atas ketegasan perawatan, penyakit, dan kesejahteraan. Cara belajar yang berbeda, hidup, dan budaya transmisi perawatan dan kesehatan siklus hidupmu adalah fokus utama dari pendidikan, penelitian, dan praktik keperawatan transkultur. Keperawatan transcultural membutuhkan pemahaman tentang diri sendiri, satu budaya, dan cara seseorang memasuki budaya yang berbeda dan membantu orang lain. Keperawatan transcultural teori, riset, dan praktek yang tertarik pada kedua universal untuk kesamaan) dan perbedaan untuk menghasilkan pengetahuan baru dan bermanfaat untuk menyediakan humanistik dan praktek perawatan ilmiah. Keperawatan transcultural tindakan atau keputusan yang didasarkan terutama pada perawatan dan kesehatan penelitian pengetahuan yang diperoleh dari studi yang mendalam tentang budaya dan penggunaan pengetahuan ini dalam merawat profesional. C. Komentar Pembahasan ini sangat penting sebagai dasar konsep keperawatan transkultural, dilihat menurut kajian filosofi, penjelasan, gagasan dan prinsip yang disajikan dengan berbagai pernyataan. Pada pembahasan kali ini juga dibahas bagaimana seorang perawat memahami dan mengerti kebudayaan individu atau kelompok. Hal ini yang mendasari seorang perawat menggunakan konsep keperawatan transkultural yang tepat untuk hari ini. Misal seorang warga Indonesia yang berasal dari aceh bernama Ny. A, dia adalah seorang pasien di suatu rumah sakit bersalin. Karena beliau dari aceh, beliau memiliki budaya yang kental dengan syariat islamnya. Seperti harus berhijab dengan seseorang yang non muhrim. Namun pada suatu rumah sakit tersebut dokter kandungannya adalah pria, sedangkan perawatnya adalah seorang wanita. Dan dia akan segera melahirklan dirumah sakit tersebut. Bagaimana kita mencoba mengkaji hal tersebut berkaitan dengan teori diatas. Masalah yang utama adalah Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah; agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. Oleh karena itu konsep Leininger tentang keperawatan transkultural perlu dikembangkan oleh kita sebagai perawat. Agar tidak terjadinya cultural shock. Dalam pembahasan juga terdapat lima phenomena yang mendasari seseorang berinteraksi, salah satunya adalah penerimaan. Maksud dari penerimaan disini adalah seseorang yang memahami budaya orang tersebut tanpa mengambil atau memakai budaya orang tersebut. Sebagai seorang perawat muslim dalam melaksanakan praktek keperawatan tak ada toleransi untuk secara penuh menggunakan kebudayaan suatu kelompok yang bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini berkaitan dengan kisah nabi Muhammad tatkala beliau memerintahkan orang kafir untuk beriman tetapi orang kafir tersebut memberikan persyaratan agar nabi setelah itu juga beriman kepada tuhan mereka. “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. AL-Kafiruun: 2) Seorang perawat juga tak berhak memaksakan mereka untuk meyakini hal yang kita perintahkan sebagai tenaga kesehatan, meskipun hal tersebut menurut kita adalah baik. Disinilah seorang perawat mengedepankan prinsip caring tentang autonomi. Pada kajian keperawatan transkultural terdapat kebijakan dan pernyataan standar sebagai panduan praktik keperawatan transcultural untuk mempertahankan, melindungi, dan menjamin berbasis kualitas layanan konsumen. Webster mendefinisikan secara umum sebagai kebijakan yang mengacu kepada metode tindakan yang dipilih untuk memandu atau menentukan keputusan sekarang dan masa depan. Kesimpulan Konsep yang dikembangkan Leininger merupakan konsep yang dikembangkan dari ilmu antropologi yang diintegrasikan dengan ilmu keperawatan. Konsep tentang keperawatan transkultural berfokus pada kebudayaan/ generic (emic) yang memberikan pelayanan kepada seseorang dengan pendekatan latar belakang kebudayaan. sehingga perawat mampu melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perilaku social seseorang. Dasar-dasar konsep tersebut perlu diketahui dan dipelajari oleh para perawat agar tidak adanya kebutaan budaya. Sehingga karena hal tersebut perawat tidak mampu memberikan pelayanan keperawatan yang berprinsip pada konsep caring. Allah berfirman dalam Al-quran tentang perlu adanya pengenalan kebudayaan lain. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13) Sehingga dengan memahami serta melaksanakan konsep-konsep yang telah dikemukakan Leininger, perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek pemenuhan kebutuhan bio psiko sosio maupun spiritual. Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap para pembaca dan semoga penulisan ini bermanfaat.

. Isu Utama
“Professional caring for people of diverse cultures, necessitates the use of transcultural concept, principles, theoretical ideas and research findings to reflect upon and guide actions and decisions.” Leininger, 1978.
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Seorang perawat professional Dr. Medeleine Leininger membuat konsep tentang “Transcultural Nursing” sebuah konsep yang berkembang dari ilmu antropologi.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
B. Argumentasi
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia
Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Goncangan budaya berkenaan dengan seseorang yang tidak mampu memberikan respon yang tepat pada budaya orang lain.
Relativitas kebudayaan yaitu suatu tempat yang mempunyai budaya yang unik harus dinilai dan dibantu atau dilestarikan.
Kebutaan budaya yaitu ketidakmampuan seseorang untuk menghargai gaya hidup orang lain.
Dalam berinteraksi menurut Leininger terdapat lima fenomena yang mendasarinya yaitu pertemuan budaya, perpaduan budaya, penyesuaian diri, bermasyarakat dan penerimaan.
Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
Gagasan utama yang berhubungan dengan  konsep Culture care yaitu seorang perawat mampu mempertimbangkan antara yang spesifik dengan yang umum.
Spesifik datang dari culture care namun lebih terbagi lagi menjadi lebih spesifik yang hanya dibutuhkan seorang klien.  Sedangkan umum kebutuhan secara umum yang dibutuhkan oleh orang-orang pada masyarakat tersebut. Jika perawat tanpa mengetahui kebudayaan seseorang ataupun mengerti kebudayaan kliennya maka akan terjadi konflik culture care. Seorang perawat juga harus mengerti bagaimana seseorang mendeskripsikan waktu, baik itu waktu yang telah lalu, sekarang atau masa depan yang akan mempengaruhi pola fikir maupun tindakannya.
Budaya mengacu pada terapi perawatan yang memenuhi syarat keperawatan transkultur yang menawarkan bantuan, dukungan dan fasilitatif penolakan dan praktek-praktek penyembuhan bagi individu yang mengalami culture pain, kesakitan, penghinaan, sakit hati, dan masalah terkait lainnya.
Dalam mengembangkan bidang keperawatan transkultur dua ide yang sangat penting dikembangkan untuk mengidentifikasi berbagai jenis perawatan, yaitu, generic perawatan dan perawatan profesional, yang sebagian besar didasarkan pada perawatan emik dan etik. Kedua istilah tersebut membantu perawat menyadari keperawatan dengan membedakan sumber-sumbernya, makna dan ekspresi yang digunakan merawat seseorang.
Generik (emic) Care / Cure Professional (Etic) Care / Cure
  • berorientasi pada humanistik
  • seseorang didasari dengan praktis dan keakraban keluarga
  • pendekatan holistik dan terintegrasi dengan fokus pada sosial hubungan, bahasa, dan jalan hidup
  • fokus terbesar pada caring
  • sebagian besar rakyat nonteknologi menggunakan obat dan hubungan pribadi
  • berfokus pada pencegahan penyakit, ketidakmampuan dan pemeliharaan jalan hidup
  • menggunakan mode komunikasi konteks tinggi
  • mempercayaiperawatan dan penyembuhan rakyat tradisional
  • orientasi ilmiah
  • Klien bertindak dengan tekhnik tidak kekeluargaan dan asing

  • membedakan dan tidak menggabungkan pelayanan dengan focus fisik tubuh dan pikiran
  • Fokus sebagian besar pada menyembuhkan, diagnosis, dan perawatan

  • Sebagian besar teknologi dengan berbagai tes diagnostik dan perawatan ilmiah

  • Fokus pada mengobati penyakit, cacat, dan patologi

  • menggunakan moe komunikasi rendah
  • Bergantung pada faktor biofisik dan emosional untuk mengkaji dan bertindak
Berikut beberapa prinsip penting keperawatan transkultur yang memberikan bimbingan kepada pelayan perawatan transkultur untuk berinteraksi.
  1. Human caring dengan keperawatan transkultur berfokus untuk kepentingan kesehatan, penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan lembaga.
  2. Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian dan penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat orang-orang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip.
  3. Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan praktek perawatan kesehatan.
  4. Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai peduli budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan merenung dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan.
  5. Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan praktek-praktek kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat berubah dari waktu ke waktu.
  6. Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya perawatan sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun keputusan menyusui.
  7. Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan sering memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu dinilai dan dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien.
  8. Pengetahuanyang  holistik dan komprehensif keperawatan transkultur membutuhkan pemahaman perspektif emik dan etik yang terkait dengan pandangan dunia, bahasa, ethnohistory, kekerabatan, agama (spiritualitas), teknologi, ekonomi dan faktor-faktor politik, dan nilai-nilai budaya tertentu, keyakinan, dan praktik atas ketegasan perawatan, penyakit, dan kesejahteraan.
  9. Cara belajar yang berbeda, hidup, dan budaya transmisi perawatan dan kesehatan siklus hidupmu adalah fokus utama dari pendidikan, penelitian, dan praktik keperawatan transkultur.
  10. Keperawatan transcultural membutuhkan pemahaman tentang diri sendiri, satu budaya, dan cara seseorang memasuki budaya yang berbeda dan membantu orang lain.
  11. Keperawatan transcultural teori, riset, dan praktek yang tertarik pada kedua universal untuk kesamaan) dan perbedaan untuk menghasilkan pengetahuan baru dan bermanfaat untuk menyediakan humanistik dan praktek perawatan ilmiah.
  12. Keperawatan transcultural tindakan atau keputusan yang didasarkan terutama pada perawatan dan kesehatan penelitian pengetahuan yang diperoleh dari studi yang mendalam tentang budaya dan penggunaan pengetahuan ini dalam merawat profesional.
C. Komentar
Pembahasan ini sangat penting sebagai dasar konsep keperawatan transkultural, dilihat menurut kajian filosofi, penjelasan, gagasan dan prinsip yang disajikan dengan berbagai pernyataan. Pada pembahasan kali ini juga dibahas bagaimana seorang perawat memahami dan mengerti kebudayaan individu atau kelompok. Hal ini yang mendasari seorang perawat menggunakan konsep keperawatan transkultural yang tepat untuk hari ini.
Misal seorang warga Indonesia yang berasal dari aceh bernama Ny. A, dia adalah seorang pasien di suatu rumah sakit bersalin. Karena beliau dari aceh, beliau memiliki budaya yang kental dengan syariat islamnya. Seperti harus berhijab dengan seseorang yang non muhrim. Namun pada suatu rumah sakit tersebut dokter kandungannya adalah pria, sedangkan perawatnya adalah seorang wanita. Dan dia akan segera melahirklan dirumah sakit tersebut. Bagaimana kita mencoba mengkaji hal tersebut berkaitan dengan teori diatas.
Masalah yang utama adalah Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah; agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
Oleh karena itu konsep Leininger tentang keperawatan transkultural perlu dikembangkan oleh kita sebagai perawat. Agar tidak terjadinya cultural shock.
Dalam pembahasan juga terdapat lima phenomena yang mendasari seseorang berinteraksi, salah satunya adalah penerimaan. Maksud dari penerimaan disini adalah seseorang yang memahami budaya orang tersebut tanpa mengambil atau memakai budaya orang tersebut. Sebagai seorang perawat muslim dalam melaksanakan praktek keperawatan tak ada toleransi untuk secara penuh menggunakan kebudayaan suatu kelompok yang bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini berkaitan dengan kisah nabi Muhammad tatkala beliau memerintahkan orang kafir untuk beriman tetapi orang kafir tersebut memberikan persyaratan agar nabi setelah itu juga beriman kepada tuhan mereka.
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. AL-Kafiruun: 2)
Seorang perawat juga tak berhak memaksakan mereka untuk meyakini hal yang kita perintahkan sebagai tenaga kesehatan, meskipun hal tersebut menurut kita adalah baik. Disinilah seorang perawat mengedepankan prinsip caring tentang autonomi.
Pada kajian keperawatan transkultural terdapat kebijakan dan pernyataan standar sebagai panduan praktik keperawatan transcultural untuk mempertahankan, melindungi, dan menjamin berbasis kualitas layanan konsumen. Webster mendefinisikan secara umum sebagai kebijakan yang mengacu kepada metode tindakan yang dipilih untuk memandu atau menentukan keputusan sekarang dan masa depan.
Kesimpulan
Konsep yang dikembangkan Leininger merupakan konsep yang dikembangkan dari ilmu antropologi yang diintegrasikan dengan ilmu keperawatan. Konsep tentang keperawatan transkultural berfokus pada kebudayaan/ generic (emic) yang memberikan pelayanan kepada seseorang dengan pendekatan latar belakang kebudayaan. sehingga perawat mampu melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perilaku social seseorang.
Dasar-dasar konsep tersebut perlu diketahui dan dipelajari oleh para perawat agar tidak adanya kebutaan budaya. Sehingga karena hal tersebut perawat tidak mampu memberikan pelayanan keperawatan yang berprinsip pada konsep caring.
Allah berfirman dalam Al-quran tentang perlu adanya pengenalan kebudayaan lain.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Sehingga dengan memahami serta melaksanakan konsep-konsep yang telah dikemukakan Leininger, perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek pemenuhan kebutuhan bio psiko sosio maupun spiritual.
Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap para pembaca dan semoga penulisan ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar