Kamis, 10 November 2011


Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa kompleks factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam lintasan intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor VIIa kini dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa dengan terikat pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini manghambat kompleks factor VIIa-faktor jaringan.
Lntasan Terakhir
Pada lintasan terskhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan oleh ikatan disulfide.
Konversi Fibrinogen menjadi Fibrin
Fibrinogen (factor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai Bβ dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan Bβ, diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan repulse elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen.
Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase, menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian α serta β pada rantai Aa dan Bβ fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit (αβγ)2. Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih. Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII menjadi XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida residu glutamine dan gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.
Regulasi Trombin
Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
Sistem Hemostasis pada dasarnya terbentuk dari tiga kompartemen hemostasis yang sangat penting dan sangat berkaitan yaitu trombosit, protein darah dan jaring-jaring pembuluh darah. Agar terjadi peristiwa hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai fungsi dan jumlah yang normal. Sistem protein darah sangat berperan penting tidak hanya sebagai protein pembekuan akan tetapi sangat berperan dalam dalam fisiologi perdarahan dan trombosis.
II.1.1 Pembuluh darah
Pembuluh darah sangat besar peranannya dalam sistem hemostasis. Dinding pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan morfologis: intima, media, dan adventitia. Intima terdiri dari (1) selapis sel endotel non trombogenik yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah dan (2) membran elastik interna. Media dibentuk oleh sel otot polos yang ketebalannya tergantung dari jenis arteri dan vena serta ukuran pembuluh darah. Adventitia terdiri dari suatu membran elastik eksterna dan jaringan penyambung yang menyokong pembuluh darah tersebut. Gangguan pembuluh darah yang terjadi seringkali berupa terkelupasnya sel endotel yang diikuti dengan pemaparan kolagen subendotel dan membran basalis. Gangguan ini terjadi akibat asidosis, endotoksin sirkulasi, dan komplek antigen/antibodi sirkulasi.
Fungsi pembuluh darah meliputi permiabilitas yang apabila meningkat akan berakibat kebocoran pembuluh darah fragilitas yang apabila meningkat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan vaso konstriksi yang menyebabkan sumbatan vaskuler.



MIKROSKOP

Pengenalan Mikroskop

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEov1ZWDSHeBM0eQxntVZHGBXPJ2LYKCo4h1_pbA0dxgOYJTMrJ6eH9RWxeXQ_sQBwp7POwjPrZ70BWpS5_Xlv2dxJ6kHjrKHX0yYl5jY9umUDrIL5tMVuVittSItuuRwcfXhpR89z06xx/s200/mikroskop.JPG
Perkembangan biologi didukung oleh penemuan peralatan yang digunakan para ahli. Misalnya, pada tahun 1600-an Antonie van Leeumenhoek menemukan mikroskop. Mikroskop sangat penting dalam kerja ilmiah karena dengan mikroskop, ilmuwan dapat mengamati mikroorganisme dan bagian-bagian organisme yang sangat kecil, misalnya sel dan jaringan. Saat ini orang telah menggunakan mikroskop elektron. Dengan mikroskop elektron, dapat dieroleh gambaran tentang molekul-molekul yang menyusun sel makhluk hidup.  Mikroskop yang umum digunakan ialah mikroskop cahaya, yang hanya dapat memperbesar bayangan benda hingga seribu kali.

1.    Merawat Mikroskop
Selain menggunakan mikroskop, kita juga harus memahami pemeliharaan serta langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan mikroskop.
1.    Mengeluarkan dan memegang mikroskop
  • menjangkiti dinding usus halus. Pada satu tingkat parasit ini mengembangkan kemampuan untuk menjangkiti Keluarkan mikroskop dari kotaknya dengan hati-hati
  • Pegang mikroskop dengan kedua tangan, tangan kanan memegang tubuh mikroskop, sedangkan tangan kiri memegang kakinya
  • Pada saat dibawa berjalan, usahakan posisi mikroskop kira-kira di depan pusar kita dan mikroskop tetap tegak.  Ingat: letak lensa okuler harus selalu di atas, sebab lensa ini mudah sekali lepas.                     
2.    Membersihkan mikroskop
  • Untuk membersihkan tubuh dan cermin mikroskop dapat digunakan lap flanel. Bersihkan bagian ini sebelum dan sesudah mikroskop digunkan
  • Untuk membersihkan semua lensa, gunakan kertas lensa. Jangan sekali-kali menyentuh permukaan lensa dengan ujung jari, kain yang kasar, atau meniupnya, sebab ini akan membuat lensa semakin kabur
3.    Mengemas mikroskop setelah dipakai
  • Setelah pengamatan selesai, kembalikan dulu lensa obyektif kekedudukan perbesaran terlemah, lalu lepaskan preparat.
  • Bersihkan lensa obyektif dengan kertas lensa, gunakan xilena jika perlu.
  • Bersihkan tubuh mikroskop dan cermin dengan lap flanel terutama bagian yang terkena air.
  • Tegakkan kembali posisi mikroskop, atur kembali bagian penggeser dan tabung mikroskop seperti semula, selanjutnya masukkan ke dalam kotaknya
  •  Jika menggunakan preparat jadi atau awetan (permanen), bersihkan preparat dengan lap katun, jika perlu gunakan air. Setelah itu simpan ditempat yang telah disediakan
4.    Setiap kali bekrja dengan menggunakan mikroskop jangan lupa mencatat nomor mikroskop, nomor prearat, serta posisi preparat dengan skala.
2.    Bagian-bagian mikroskop
.
2.    Bagian-bagian mikroskop
Sebelum menggunakan mikroskop, kamu harus mengetahui bagian-bagiannya terlebih dahulu.
Bagian-bagian mikroskop antara lain: penyangga, sistem penglihat, meja benda, cermin, kondensor dan diafraagma.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjljPn8P7TAzFtZFlQgPX5y2BxCc9lx4hyGrHi2lY_49BTHS697weHy9Fe44HCPEQhuOFHpyf3wjLtCxobRQu1eZ4amKVQwVc9ZL1n18lp6N9lo1AxdFDJS1oq7Ebnaxq7OajQyrbxUOF2W/s320/mikroskop.JPG

a.    Penyangga
Penyangga terdiri dari lengan mikroskop dan kaki mikroskop.  Bagian ini memiliki fungsi sebagai berikut:
  • Sebagai pengatur kedudukan mikroskop saat digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggerakkan penyangga kedepan dan ke belakang
  • Tempat untuk memegang mikroskop
  • Tempat dua alat mekanik atau pemutar, yaitu: 1). Makrometer, yaitu alat pemutar kasar yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan badan mikroskop (berupa tabung yang dapat dinaikkan atau di turunkan)  secara cepat, dan akan didapat bayangan benda secara kasar atu belum jelas. 2). Mikrometer yaitu alat yang berfungsi untuk menaikkan badan mikroskop secara perlahan.
b.    Sistem penglihat
Unit penglihat terdiri atas 2 jenis lensa yang terletak pada ujung atas dan bawah badan mikroskop yaitu lensa okuler dan lensa obyektif.
  • Lensa okuler : Letaknya dekat dengan mata pada saat mikroskop dipakai. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan dari lensa obyektif
  • Lensa obyektif  terletak berdekatan dengan obyek yang sedang diamati. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan benda atau sediaan (preparat). Llenswa ini terpasang pada cakram pemutar (revolver) yang dapat digerakkan sesuai dengan lensa obyektif yang diinginkan
c.    Meja benda
Berfungsi untuk tempat melatakkan sediaan (preparat) yang diamati. Meja benda dilengkapi dua lat penjepit untuk mempertahankan letak kaca obyak atau sediaan. Ditengah meja benda terdapat lubang  masuknya sinar dari cermin setelah melalui kondensor dan diafragma
d.    Cermin
Mempunyai fungsi memantulkan sinar dari sumber cahaya menuju ke sediaan yang diamati. Cermin yang digunakan biasanya mempunyai 2 permukaan  yaitu permukaan datar (digunakan jika menggunakan sumber cahaya langsung dari sinar matahari yang cukup kuat dan permukaan cekung.(digunakan jika menggunakan sumber cahaya lemah, misalnya lampu atau sinar matahari tidak langsung
e.    Kondensor
Merupakan susunan lensa yang berfungsi untuk memusatkan cahaya sehingga cahaya dari cermin menuju ke sediaan. Kondensor dapat digerakkan ke atas dan ke bawah dengan menggunakan pemutar kondensor untuk memperoleh kekuatan sinar yang diinginkan.
f.    Diafragma
Merupakan alat untuk mengatur banyaknya cahaya yang menuju ke kondensor. Dengan cara mengatur besar kecilnya lubang diafragma, akan didapat penerangan medan  pandang yang sesuai dengan keperluan pengamatan.

Parasit
Diposkan oleh hendi kim kurniawan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvG0evySc3bZgS1wHzNq1vdVahgoPlyGqlIAI4cq89xi3BVg1lq5Fv-AGDkN9bHkCqPWtZlyZ_Jcj6FKkPpcUBniWrccHcf4xLl3bN_qRnaOxoxK_TLwRm9SQ5TO1rma6iXTHO185QXkXn/s320/Immature_and_mature_trophozoites_of_the_Plasmodium_vivax_parasite_PHIL_2720_lores.jpg








Salah satu spesies Plasmodium yang berbahaya adalah Plasmodium vivax

Plasmodium Vivax termasuk ke dalam anggota filum Sporozoa yang tidak memiliki alat gerak dan bersifat parasit, tubuh terbentuk bulat atau bulat panjang. Perkembangbiakan/siklus hidupnya dapat dibagi atas tiga stadium:
a. Schizogoni : terbentuk secara membelah dan terjadi setelah menginfeksi inang (8-32 merozoit)
b.  Sporogoni : pembentukan spora di luar inang dan merupakan stadium efektif.
c.  Gametosit : tahap pembentukan sel-sel gamet terjadi di dalam tubuh inang perantara atau nyamuk.

Siklus hidup Plasmodiun vivax
 1. Nyamuk Anopheles betina menggigit, menghisap darah manusia kemudian mengeluarkan air liur yang mengandung sporozoit.
2.  Bersama aliran darah sporozoit menuju hati, selama ± 3 hari.
3.  Sporozoit membelah menjadi 8 – 32 merozoit, keluar dari hati kemudian menginfeksi sel hati lain dan membentuk merozoit baru. Akibatnya sel hati banyak yang rusak.
4.Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah banyak.
5.  Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah banyak.
6. Jika darah si penderita digigit nyamuk Anopheles dan menghisap darah penderita tadi maka makrogametosit dan mikrogametosit akan ikut terhisap dan masuk ke dalam usus nyamuk. Di dalam usus nyamuk makrogametosit danmikrogametosit berkembang menjadi makrogamet (ovum) dan mikrogamet (sperma). Prosesnya dinamakan gametogonia atau gametogenesis. Fertilisasi terjadi di dalam usus sehingga terbentuklah zigot (ookinet).
7. Zigot (ookinet) selanjutnya akan menembus dinding usus dan untuk sementara akan menetap, terbungkus oleh otot dinding perut nyamuk (ookista)
8. Di dalam ookista, zigot akan membelah berulang kali sehingga terbentuk sel-sel yang lengkap dinamakan sporozoit.
9.Jika ookista telah matang maka akan pecah sehingga sporozoit tersebar ke seluruh tubuh nyamuk, diantaranya adalah ke dalam kelenjar ludah.
10. Apabila nyamuk menghisap darah manusia bersamaan dengan itu nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam darah.
 Plasmodium pada manusia : aseksual (Fase gametofit dan vegetatif)
Plasmodium pada nyamuk : seksual (Fase sporofit dan generatif )
Jenis Plasmodium lainnya :Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria Quartana dengan gejala demam (masa sporulasi) selang waktu 72 jam.Plasmodium falcifarum, penyebab penyakit malaria tropika dengan gejala demam yang tidak teratur.Plasmadium ovale, disebut malaria ovale tertiana, akan tetapi gejala demamnya lebih ringan daripada malaria tertiana yang disebabkan Plasmodium vivax 

Pencegahan perkembangan Plasmodium sp:
1. Pencegahan perusakan hutan agar habitat nyanuk Anopheles sp. tidak rusak, karena bila rusak, maka nyamuk penghisap hewan (zoophilik) akan berubah menjadi nyamuk pemakan manusia (anthropofilik)
2.  Pemakaian bubuk Abate pada air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
3. Meningkatkan level sanitasi agar jentik-jentik nyamuk dapat berkurang
4. Pada daerah pedalaman biasanya akan dibiakkan jentik nyamuk pemakan Plasmodium sp. & pemindahan hewan-hewan ternak ke daerah pedalaman agar nyamuk Anopheles sp. menggigit hewan tersebut.
(Plasmodium sp. tidak berbahaya bagi hewan)
5. Penyemperotan secara berkala.
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat.
Genus Plasmodium dinamakan pada tahun 1885 oleh Marchiafava dan Celli dan terdapat lebih dari 175 spesies yang diketahui berada dalam genus ini. Genus ini pada tahun 2006 perlu dirombak kembali karena terbukti parasit lain yang tergolong dalam genus Haemocystis dan Hepatocystis kelihatan terkait rapat dengan genus ini. Kemungkinan spesies lain seperti Haemoproteus meleagridis akan dimasukkan ke dalam genus ini setelah diperbaharui kembali.
Jenis inang pada urutan mamalia tidak seragam. Sekurang-kurangnya 25 spesies menjangkiti primata; hewan pengerat di luar kawasan tropis Afrika jarang dijangkiti; beberapa spesies diketahui menjangkiti kelelawar, landak dan tupai; karnivora, pemakan serangga dan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar